

Dari rahim seorang ibu rumah tangga yang shaleha dan seorang ayah yang baik dan bertanggungjawab aku lahir kedunia ...... yaitu di kota kecil Subang Jawa Barat pada tanggal 17 Nopember 1969. Ibuku bernama Juhaeni berasal dari daerah Cirebon tepatnya didaerah Karangsembung sedangkan bapakku bernama Dachlan berasal dari Subang dari pihak ibu dan Tasikmalaya dari pihak bapak, orang tuaku bergerak dibidang usaha bangunan pada waktu itu, aku lahir sebagai anak yang ketiga dari lima saudara pada akhirnya.

Masa kecilku dilalui di kota Subang dengan berbagai cerita, berbagai permainan dan berbagai kegiatan anak kampung lainnya pada tahun 70-80-an, sama seperti kisah-kisah Si Bolang di salah satu stasiun tv swasta kita, kegiatan-kegiatan tersebut yang saat ini telah dikemas menjadi sebuah industri parawisata yaitu wisata desa.

Masa sekolah tingkat dasar dan menengah juga dilakukan di Subang yaitu dari tahun 1977 - 1989, baru untuk tingkatan perguruan tinggi saya keluar dari kota Subang tercinta ini, yaitu dikota Bekasi, selesai pendidikan tahun 1992 saya ditugaskan di ujung Barat Indonesia yaitu tepatnya di kota Serambi Mekah, kota seribu keude Banda Aceh Prop. Daerah Istimewa Aceh atau saat ini telah berubah menjadi Prov. Nangro Aceh Darusalam.
Lama berinteraksi di kota Serambi Mekah, saya tertarik dengan seorang inong Aceh, seorang mahasiswi Syiah Kuala, Arnis namanya, dia seorang gadis dari daerah Aceh Selatan suatu daerah dipesisir Barat Pantai Sumatera tepatnya dari Kecamatan Samadua sekitar 15 km arah utara Tapaktuan ibukota Aceh Selatan. Dengan perbedaan adat istiadat yang sangat mencolok akhirnya dengan segala jerih payah saya memberanikan diri menikah, tepatnya tanggal 22 Desember 1997 di Samadua Aceh Selatan.
Prahara menimpa, akhir 90-an gejolak di Aceh semakin memanas konflik horisontal terjadi, akhirnya kami hijrah pada tahun 2000 dengan meninggalkan keluarga pihak istri yang berat melepaskan kami, tujuan kami adalah ibukota Jawa Barat, Bandung. Sebagai batu loncatan akhirnya kami berlabuh di kota Purwakarta, kota yang terkenal dengan Jatiluhurnya, Simpingnya, Tapenya dan Sate Maranginya dengan ditemani 3 anak yang cakep-cakep dan 1 istri yang baik dan cantik, saya hidup di kota ini.

Ah...... tanpa terasa 39th sudah........... apa yang telah ku lakukan dan perbuat........... Nothing !! Saya hanya bertahan hidup dan berupaya melaksanakan nasehat orang tua yaitu
hiduplah sesuai ajaran Islam dan nasehat guru kami
laksanakanlah tugas dengan sebaik-baiknya dan yang utama mudah-mudahan saya akan selalu ingat hakekat saya diciptakan yaitu
beribadah kepada Allah SWT, Ah..... mudah-mudahan ya Allah, saya selalu dijadikan orang-orang yang bersyukur dan berserah diri....................
Terima kasih atas segala nikmat dan rahmatmu yang telah Engkau berikan kepada kami sekeluarga, mudah-mudahan engkau selalu melindungi kami amin..............